Senioritas dan Etika Berkomentar

Pre-read: Bacalah post ini dengan kepala dingin. Ini bukan serangan, ini bukan ejekan, ini hanyalah ajakan untuk introspeksi diri. No fast-reading, think twice before you comment.

Seminggu ini, bagi yang tekun memperhatikan WordPress Indonesia, ada satu masalah yang sangat pelik di blogosphere ini. Lemon S. Sile, seorang mahasiswa baru perguruan-tinggi-yang-katanya-favorit, meluapkan pendapat dan uneg-unegnya dalam dua post-nya. Di salah satu post, dia sempat menyebutkan fakultas tempat dia kuliah.

Ceritanya, dia itu tidak diterima di fakultas favoritnya, dan malah nyasar di FSRD. Nah, dia mengungkapkan perasaan kesalnya itu dalam bentuk puisi. Puisinya seperti apa, silakan baca sendiri. Post itu kemudian mendapatkan beragam tanggapan, baik itu dari teman-temannya di blogosphere, maupun dari senior di FSRD.

Lemon mungkin ingin mengungkapkan perasaannya, tapi para senior itu mengartikan lain. Mereka merasa bahwa Lemon sedang menghina FSRD dan ITB. Berangkat dari misunderstanding itu, lahirlah komentar-komentar yang seperti ini:

48. gina DI 05

wah, saya liat karya kamu (yang ceritanya desain mega TECH, mau sok-sok interior gitu),
JELEK BANGET, GILAAAA!!!!!!!!!!!!!!!
Jangan masuk interior yak! Udah nggak punya bakat ngedesain interior, ruangannya GARING gitu, skill sketch up kamu BUSUK!!!!
Saya kaget kamu bisa masuk FSRD ITB!
Kamu malah nggak bersyukur, padahal kamu cuma beruntung lho, soalnya cuma 10000 tahun sekali ITB salah nerima mahasiswa, yang diterima malah orang retarded kayak gini!
PS : Liat wajah kamu di FS, eneg jadinya

69. fakboy

nanggepin komen NOMOR 62
p4ndu_454kura

yang nyerang Lemon
Bukan bermaksud ikut campur, tapi ayolah, jangan munafik. Apakah karena sudah senior, kalian melupakan perasaan kalian sendiri saat ada di posisi sebagai maba? Saya justru ragu kalau Anda tidak merasa marah dan kesal diperlakukan demikian.

—————–

KITA PERNAH DI POSISI LEMON BUSUK INI, KITA NGALAMIN, TAPI KITA MAU LEWATIN, KARENA KITA MASIH BERFIKIR LOGIS. BUKAN KAYAK LEMON SAMPAH INI, TAI LU MELOW LEMAH MEMBERI STATEMENT YG TERGESAGESA. BEGO IDIOT.

BWT PANDU, LU SAMA AJA MA LEMON. GA NGERTI MASALAHNYA. SHAME BOTH OF U MORRON.

BERAPA RATUS RIBU ANAK SR ITB YG SAKIT HATI GARA2 BACA TULISAN “FSRD!” (yg sekarang sok2an diproteksi) SI LEMON ASEM INI.
BERAPA JUTA ANAK ITB YG SAKIT HATI GARA2 KELUH KESAH DAN RASA GA BERSYUKUR LO INI
DAN BETAPA MENYESALNYA LO NANTI KETIKA LO BARU SADAR BAHWA BETAPA TOLOOOOOOOOOOLLLNYA LO.

anjing lo keluar dari kampus ini babi!!!

————-

What’s going on earth! 😆
Ternyata kuliah di kampus favorit pun tidak menjamin mahasiswanya bisa berkomentar dengan baik di internet. Selain itu, banyak yang masih membawa-bawa masalah senioritas ke dalam blog tersebut, misalnya:

55. senior SR

baru kuliah, baru kena ospek aja udah protes ….belum tahu rasanya pad dunia kerja, dunia nyata elu elu abis kuliah mau ngapain ?? mau ribut kaya ginian melulu ??? malu2in aja …..

yang kaya gitu malah bikin lu makin kuat sebagai manusia bukan kaya yang punya blog ini …..kebanyakan dengerin EMO …dasar tolol …

😆 😆 😆

Memangnya kenapa kalau sudah kerja? Apakah terlihat lebih ‘wah’? Lebih super?

Apa orang yang sudah kerja itu berkomentar seperti ini di internet? Apakah orang yang terpelajar itu berbicara seperti ini di depan publik? Apakah tidak seharusnya Anda, sebagai senior, menunjukkan cara bicara yang sopan dan terpelajar?

Seniority is nothing but craps. We’re all human, no one better than other. Your comments represent your smartness. Be careful.

Tulisan terkait:
Source:
FSRD!
ITB

Blog lain dengan topik yang sama:
Perilaku Senior dan Alumni FSRD ITB di Internet: Sebuah Studi Kasus
Quote of the Day
FSRD di Blog
Kasus Blog Sang Junior

About Reinhart

Don't wait. The time will never be just right.
This entry was posted in My Interest, My Thoughts and tagged , , , , , , . Bookmark the permalink.

63 Responses to Senioritas dan Etika Berkomentar

  1. ardianto says:

    Umm…

    Sejujurnya kuping saya dan mata saya sudah bebal liat dan dengar perilaku senioritas di kampus ini. Tak mengerti etika dan kebanggaan berlebihan terhadap almamater, bahkan program studinya.

    Oh, ya..
    dalam forum internal kampus seperti rileks.comlabs.itb.ac.id flaming juga sering terjadi, entah mau digimanain ini selanjutnya.

  2. syaorannatsume says:

    Di sekolah SMP dulu, senioritas malah ga ada. Yang ada junioritas. Kehendak junior segalanya dituruti (kegiatan ekskul paskib), tapi ini karena seniornya kurang tegas…

    Hmm,, cara bicara memang mencerminkan kepribadian seseorang. Tapi ini (mungkin) tidak ada hubungannya dengan lembaga akademi seseorang, karena di pendidikan sekarang ini, yang ada cuman pendidikan teori, bukannya pendidikan rohani..

    Untung sekarang saya baru lepas dari senior dan menjadi junior. 😛

  3. Gw rasa justru seniornya yang aneh

    Dia kan nulisnya sebelum masuk, sebelum OSPEK

    Jadi, sebaiknya mang ngebacanya dari awal. Dan mohon dimengerti pula. Ingat, dia tidak menghujat ITB.

    Dimohon untuk para seniornya untuk berpikiran lebih dalam, malu ama juniornya

    Sori, no offense

  4. sora9n says:

    IMHO sih, sebenarnya masalah ini terjadi karena kontribusi kedua belah pihak juga. Terlepas dari apakah opininya Lemon benar atau salah, lho ya. =3

    Di satu sisi mahasiswa barunya nulis opini yang bahasanya provokatif (note: kata-kata “paling hina”, “pathetic”, “bodoh” dst.) Di sisi lain, yang menanggapi juga brutal: ad hominem, flame war, keroyokan, dan sebagainya. Ya sudah, ibaratnya melawan api dengan api. 😆

    Your comments represent your smarteness. Be carefull.

    Koreksi, “smartness” dan “careful”. 😛

  5. sora9n says:

    @ Adriano Minami

    Euh… bukan posting yang ini. Yang itu memang ditulis sebelum ospek. ^^;;

    Sumber huru-hara aslinya sekarang di-private, tapi ada yang upload di tempat lain:

    http://timhoray.blogspot.com/2008/09/fsrd.html

  6. obit0 says:

    tu orang mungkin pinter
    tp EQnya rendah bgt
    g bisa ngontrol emosi

  7. sora9n says:

    Waduh, kena moderasi. Padahal cuma masukin dua link. 😐

  8. Memang yang ditulis Lemon, menurut saya, provokatif. Dan kalau sudah menyangkut hal-hal sensitif seperti ini, IMO, senior (sebagai yang ada otoritas) bakal ada tendensi untuk merespon balik dengan negatif, meskipun ada yang bisa menanggapi dengan lebih positif.

    Tapi, menurut saya lagi, yang bikin masalah tambah ruwet itu setelah ada seseorang entah siapa yang masukin masalah itu ke forum kaskus. Alhasil bertambah lah komentar-komentar yang nggak jelas. Sebenarnya saya agak heran, masalah begitu kok malah dibawa ke forum publik. Wong di BoTD dan Google Search aja udah ada. Apa mau nama baik fakultas sendiri tercemar atau apa ya? 😕 Atau sekedar memberitakan masalah yang menurutnya menarik?

  9. tia says:

    errr…. dia tidak diterima di fakultas favoritnya, ataw diterima di jurusan favoritnya di ptn laen tapi dipaksa ortunya masuk frsd itb?

  10. aRuL says:

    kalo semuanya dewasa pasti tau gimana caranya berkomentar dengan baik.

  11. @tia:
    Kalau dari tafsiran saya sih yang kedua (diterima di jurusan lain tapi diminta ke FSRD). CMIIW. 🙂

  12. det says:

    berkomentar dengan baik? apakah semua orang harus melakukannya? definisi komentar yang baik aja masih gak jelas. umumnya sih orang akan menganggap sebuah komentar itu baik kalo bikin hatinya seneng. buruk kalo bikin sakit hati.

    cuman masalah kebiasaan dan keterbukaan aja sih menurutku

    ketika sebuah tulisan sudah dipublish, maka penulis harus siap mendapat komentar apapun. termasuk jika ada dampak negatif dari tulisannya.

    kalo menurut saya, jika komentar itu hanya terdiri dari satu baris, apalagi hanya beberapa kata, itu jelas komentar ndak baik. dan itu banyak dilakukan oleh orang yang merasa dirinya sudah senior dan jago di dunia blog. atau hanya membaca sekilas. asal komentar. nadak ada niatan untuk diskusi. tapi apakah itu salah? jawabannya sudah saya tulis di paragraf sebelum ini 😉

  13. Catshade says:

    @Xaliber:

    Tapi, menurut saya lagi, yang bikin masalah tambah ruwet itu setelah ada seseorang entah siapa yang masukin masalah itu ke forum kaskus. Alhasil bertambah lah komentar-komentar yang nggak jelas. Sebenarnya saya agak heran, masalah begitu kok malah dibawa ke forum publik. Wong di BoTD dan Google Search aja udah ada. Apa mau nama baik fakultas sendiri tercemar atau apa ya?

    Dari gaya bahasa pembuat thread-nya, saya sepintas menduga itu mental keroyokan dan pencari ‘personal army’ (dilihat dari permintaannya ke member lain u/ meng-hack blognya Lemon). Kalau dia memang orang FSRD, sikapnya itu memang sangat disayangkan sekaligus membingungkan saya, soalnya banyak teman-temannya sendiri selalu bersikeras, “Orang luar yang gak tau apa-apa jangan ikut campur!”

    Geee, I wonder what happens now when I post this controversy on the biggest Indonesian internet forum 🙄

  14. Catshade says:

    @det:

    berkomentar dengan baik? apakah semua orang harus melakukannya? definisi komentar yang baik aja masih gak jelas. umumnya sih orang akan menganggap sebuah komentar itu baik kalo bikin hatinya seneng. buruk kalo bikin sakit hati.

    cuman masalah kebiasaan dan keterbukaan aja sih menurutku

    Memang tidak harus, tapi sebaiknya kalau anda tidak mau dianggap mayoritas orang lain ‘kurang ajar’…saya rasa itu pokok utama dari sebuah netiket (atau etiket apapun), bukan?

    Definisi komentar yang baik? Mungkin memang belum ada satu kesepakatan final, tapi saya rasa juga sudah jauh dari ‘masih gak jelas’. Dari pengalaman pribadi dan observasi saya di WP.com ini, umumnya sih blogger akan menganggap komentar itu baik kalau berbahasa sopan, sesuai topik, dan tidak bias/fallacious.

    Ya, saya setuju berkomentar seperti itu memang butuh kebiasaan dan keterbukaan.

    ketika sebuah tulisan sudah dipublish, maka penulis harus siap mendapat komentar apapun. termasuk jika ada dampak negatif dari tulisannya.

    Saya setuju. Penulis harus siap mendapat komentar apapun, termasuk jika itu komentar buruk. Tapi ada 2 hal yang harus dicatat pula:

    1. Penulis juga berhak memoderasi dan menghapus setiap komentar yang tidak ingin ia tampilkan di blognya. Tanda ketidaksiapan, atau justru tanda kedewasaan? Itu bisa dilihat dari komentar seperti apa saja yang ia loloskan dan seperti apa yang ia tolak.

    2. Menerima komentar buruk sebagai keniscayaan yang tak terelakkan bukan berarti komentar buruk itu ‘tidak apa-apa’ atau setara bobotnya dengan komentar baik (per definisi saya di atas). Atau seperti kata Douglas Adams:

    All opinions are not equal. Some are a very great deal more robust, sophisticated and well supported in logic and argument than others.

  15. cisthouse says:

    memang itulah hidup, banyak kesalahan yang harus di koreksi dan di betulkan..jadi jangan anda marah karena kesalahan orang yang tidak disengaja..

  16. fragaria says:

    @andriano minami… postingan yg sempet diprotek (skrg udah dihapus, kyknya) itu emang dibikin pas dia udah ngampus kok.

    hm….ribet yah, curhat aja harus nurutin aturan senior… ntar kalo osjur gw kyknya ga usah posting apa2 deh 😀

  17. rei_psycho d' st★r。 says:

    Jadi, FSRD tu apaan sih ?

    Ngpain si marah2 ?
    Wajar aja dong..

    Biasanya,itu cuma emosi sesaat.
    Mgkn aja lingkungan ga mendukung yg bikin ga enak kuliah d sono

  18. dia tuh mang dah dapet kok ke ptn yang dia mau..
    tapi, yah tu dia, dia dipaksa masuk itb.
    tapi jelas banget kan klo dia sebetulnya mah gag sah nyalahin kampusnya (kayak yang ketulis di postingan dia), lagipula sikap si tatib2 tu gag parah2 baget kok (menurut gwe dan banyak temen2 yang laen)
    istilahnya, ntar juga dia bakal ada di tempat yang sama dengan para tatib itu suatu saat nti kan..
    nah, mereka yg komen juga (harusnya) liat ni dari posisi si ‘dia’ n gag asal caci gitu, pan kasian nak orang.. jadinya gitu deh, sakit, kebanyakan yg dipikirin. kita2 jg jadi kesian lyat anaknya yg kya gag berani ngobrol ma anak2, tugas gak kelar, deelel..

    jadinyah gak sah dibahas tlalu berlebihan aj lah..

  19. Hasan Seru says:

    jangan munak, toh nantinya si korban kemungkinan bisa berkomentar yg sama dengan si pelaku…. pisss.. 🙂

    salam kenal

  20. kucluk says:

    mencoba bersabar!
    yup itu salah satu cara untuk menghadapi seperti itu!

  21. devonjelek says:

    Waduh rek…

    rame sekali klo bahas yang ginian…

    emang gak ada habisnya…

    ini pendapatq ya…

    Klopun ada senior yang omongan ato perilakunya gak “enak”…
    ato nyuruh2 sesuatu yang g sreg…

    mungkin aja ya tujuannya (maaf ini pikiranq aja)… emang biar maba nya diharapkan berani “ngelawan” seniorny…
    itu tujuanny…

    disitu itu kayak simulasi…
    senior = tirani
    maba = “calon” pejuang…

    pertanyanny…

    apakah maba bisa berubah dari “calon” pejuang menjadi pejuang???
    itu dia… klo dia bisa menghadapi seniornya…
    diharapkan ke depannya si maba ini bisa menghadapi tirani yang ada…
    (contoh menghadapi tirani : gerakan 98)

    So…

    diharapkan maba juga bisa dengan baik melaksanakan PFM

  22. dnial says:

    Yang ITS gimana?
    Masak nggak ada yang bisa dikritisi?
    😛

  23. masamune11 says:

    […]We’re all human, no one better than other.[…]

    Universal statement, sire… but not easy to be understood… 😆 *slapped*

    @devonjelek:

    mungkin aja ya tujuannya (maaf ini pikiranq aja)… emang biar maba nya diharapkan berani “ngelawan” seniorny…
    itu tujuanny…

    Jujur… saya juga pernah berpikiran sama… _ _;;a

    *ditimpuk*

  24. secondprince says:

    Ujung-ujungnya sih yang namanya Akhlak itu memang watak, gak pandang usia atau punya kerja. Saya sebenarnya gak ngerti masalahnya tapi yang penting cara berbicara itu adalah salah satu cerminan akhlak seseorang sebagai manusia.
    Salam

  25. ndop says:

    ini ungkapan hati terdalamnya pandu sebagai mahasiswa baru..

    *hayo ngaku???*

  26. Novi~Atrix says:

    wew….. untung seniorku dulu gak begitu.. semuanya baik2 ramah2 🙂
    tapi kalo menurutku, si lemon ama senior yg lainnya sama2 salah.., si lemon harusnya gak boleh terlalu blak2an begitu.., dimana2 orang yg membaca itu pasti bakal naik darah… bagi senior kalo bisa gak boleh jangan langsung marah, tahan.., kasih komentar nasehat.., masa langsung gembar gembor 😀

  27. masDan says:

    Biyuh Biyuh…Untung SAYA ndak ikut Begituan..
    *Bersyukur Bersyukur

  28. chic says:

    senioritas itu memang menyesatkan. jadi menganggap dirinya paling tahu, paling benar, dan paling mampu dibanding newbie.

    yang pasti bahasa menunjukan kasta memang…
    *masih ga percaya kalo yang nulis komen dengan kata-kata begitu itu senior di ITB.. hebaaaat!*

    ah saya bukan anak ITB kok 😛

  29. Kita mungkin semuanya tidak pernah tahu kejadian sebenarnya (sheinga saya belum bisa berkomentar banyak. Ah, hiatus…)

    Aku juga belum tahu apakah ratusan komentar itu dilontarkan oleh banyak orang atau justru puluhan orang yang “agak sakit” dan menggunakan berbagai macam nama samaran untuk melampiaskan kemarahannya (Secara anonim semua… 😆 )

    …Tetapi saya tahu, apa yang “dibangga – banggakan” senior itu mengenai dunia kerja tidaklah sesusah dia yang dia bayangkan. Saya [pikir] Media blog yang dioptimasi bisa mendulang ribuan [masukkan kurs disini]. The living proof ? Lihat Budi Putra (3gweek.net) dan Darren Rowse (problogger).

    Saya kira kalian – kalian yang bersekolah di SMK yang bangga dengan status kalian. Mungkin saja tabiat kalian jauh lebih terhormat daripada orang – orang yang “berada di luar sana, ‘memerintah kampus'”

    —–

    Yang malah saya tangkap, mungkin senior itu adalah :

    “…schemers. Schemers trying to control their little worlds.” ~ The Joker

    “…I’m not a schemers. I just want to give a look to the schemers how pathetic they are.” ~The Joker (Heath Ledger, again)

    Dan siapa yang harusnya menyandang keadaan diatas ? 🙄

  30. Err….

    (Secara anonim ‘semua’) 😆

    Begini kalau keasyikan berkomentar dan memakai terlalu banyak frase.

  31. Novi~Atrix says:

    pandu, di blogku, u dapet award 😀 …..

  32. estulyr says:

    aku ngk seberapa ngerti ceh tapi aku nangkap intinya senior tu tak selamanya yang terbaik

    salam kenal mas 🙂

  33. It’s reply time… 😐
    @ ardianto
    [satire]
    Lha, bukankah flaming sudah jadi budaya yang turun-temurun di Indonesia? :mrgreen:
    [/satire]
    @ syaorannatsume
    Er… bukannya kalo paskib itu biasanya seniornya mesti tegas? 😕

    Hmm,, cara bicara memang mencerminkan kepribadian seseorang. Tapi ini (mungkin) tidak ada hubungannya dengan lembaga akademi seseorang, karena di pendidikan sekarang ini, yang ada cuman pendidikan teori, bukannya pendidikan rohani..

    Ah, setuju. Entah bagaimana yang sering terjadi saat ini banyak orang cerdas tapi hanya sedikit yang bermoral.

    Sekarang lihat saja di pemerintahan lingkup DPR dan MPR, anggota DPR mana yang tidak mengemban pendidikan minimal S1? Tapi nyatanya ada beberapa dari mereka yang korupsi.
    *sok bijak*
    @ Adriano Minami
    Seperti yang dijelaskan mas Sora, ada post yang dibuat sebelum masuk, dan ada post yang dibuat setelah masuk. Tapi, ya… mungkin bahasanya saja yang tidak enak dibaca oleh para senior itu. Atau jangan-jangan entry itu memang entry satir?
    @ sora9n
    Er… terlalu lugas? Terlalu… ah, apa istilahnya, blak-blakan?
    Mungkin iya, sih. Saya waktu pertama kali baca dulu juga kaget, apa bener itu yang dia tulis terjadi disana?

    Tapi seniornya juga nggak seharusnya berkomentar sepanas itu. Maksud mereka untuk membela diri, tapi malah memberikan kesan yang jelek di mata umum.

    Koreksi, “smartness” dan “careful”. 😛

    Done, makasih koreksinya. 🙂
    @ Xaliber von Reginhild
    Kalau menggunakan perbandingan, saya hanya melihat satu dari sekitar 50 komentar disana yang bisa berkomentar secara bijak. Lainnya hanya berisi komentar-komentar yang bersifat flaming, spamming (rebutan absen komen, promosi, dll), bahkan saya lihat ada yang memasukkan resep masakan disana. 😆

    Tapi, menurut saya lagi, yang bikin masalah tambah ruwet itu setelah ada seseorang entah siapa yang masukin masalah itu ke forum kaskus. Alhasil bertambah lah komentar-komentar yang nggak jelas. Sebenarnya saya agak heran, masalah begitu kok malah dibawa ke forum publik. Wong di BoTD dan Google Search aja udah ada. Apa mau nama baik fakultas sendiri tercemar atau apa ya? 😕 Atau sekedar memberitakan masalah yang menurutnya menarik?

    Yang saya pertanyakan dalam kasus ini, apa tujuan orang yang memasukkan thread tersebut ke kaskus? Popularitas? Uang? Nama besar? Saya rasa ketiga hal tersebut tidak bisa didapatkan dari komunitas maya semacam kaskus. 😕

    Dari yang saya lihat, pelaku yang memasukkan masalah ini ke forum kaskus juga mendapat banyak kecaman dari beberapa tetua bahkan admin kaskus.


    Meski saya juga melihat ada admin yang ikut memanasi suasana. 🙄
    @ aRuL
    Ukuran kedewasaan sendiri masih relatif. Beberapa menganggap bahwa kedewasaan diukur dari umur, tapi saya sendiri menganggap bahwa kedewasaan seseorang diukur dari caranya berpikir dan menyampaikan pendapat. 🙂
    @ det

    […]definisi komentar yang baik aja masih gak jelas. umumnya sih orang akan menganggap sebuah komentar itu baik kalo bikin hatinya seneng. buruk kalo bikin sakit hati.

    Definisi komentar yang baik, ya? Bagi saya sih komentar yang baik itu yang sesuai topik, tidak berbau flaming, fallacy, atau apapun yang bersifat defamation. 🙂

    cuman masalah kebiasaan dan keterbukaan aja sih menurutku

    Kebiasaan yang gimana? Kalau kebiasaan yang baik sih oke, tapi saya rasa agak aneh kalau terbiasa komentar dengan nada seperti itu. Asumsi saya, mereka belum pernah bergabung dengan forum, milis, atau komunitas dimana anggotanya selalu memberi komentar yang sopan. 😛

    ketika sebuah tulisan sudah dipublish, maka penulis harus siap mendapat komentar apapun. termasuk jika ada dampak negatif dari tulisannya.

    Indeed, itu juga salah satu ‘kewajiban’ sebagai blogger. Harus siap menerima segala komentar yang masuk.

    kalo menurut saya, jika komentar itu hanya terdiri dari satu baris, apalagi hanya beberapa kata, itu jelas komentar ndak baik. dan itu banyak dilakukan oleh orang yang merasa dirinya sudah senior dan jago di dunia blog. atau hanya membaca sekilas. asal komentar. nadak ada niatan untuk diskusi. tapi apakah itu salah? jawabannya sudah saya tulis di paragraf sebelum ini 😉

    IMO, satu baris sih tidak masalah, asalkan masih sopan dan tidak menyinggung SARA. Memang kesannya agak gimana kalau menulis komentar hanya satu baris, tapi kita lihat dulu kesibukan orang yang memberi komentar. Mungkin saja dia tidak punya banyak waktu untuk menulis komentar yang panjang karena ada keperluan mendadak.

    Tapi saya rasa juga salah kalau dia memberi komentar asal-asalan di post yang serius. Beberapa penulis menginginkan terciptanya diskusi yang intens untuk memecahkan sebuah masalah melalui post-nya. Ketika ada komentar yang melenceng, tentu saja penulis itu merasa agak kesal karena tujuannya tidak tercapai.
    @ Catshade

    Dari gaya bahasa pembuat thread-nya, saya sepintas menduga itu mental keroyokan dan pencari ‘personal army’ (dilihat dari permintaannya ke member lain u/ meng-hack blognya Lemon).

    Mungkin mereka berpikir meng-hack blog WP semudah meng-hack FS. 😆

    Ah, saya kok jadi ingin mengajak mereka untuk membuat blog, ya? Mungkin setelah mereka punya blog, mereka baru tahu gimana rasanya kalau post mereka dikomentari ‘orang luar’.
    @ cisthouse
    Masalahnya, mereka SENGAJA dan dalam keadaan sadar menulis komentar itu di blog. Di internet.

  34. @ fragaria
    Er… nggak usah posting apa-apa? Yakin nggak bosen? Saya malah merasa bosan kalau ospek nggak posting. Nggak ada yang bisa dibuat refreshing. :mrgreen:
    @ rei_psycho d’ st★r。
    FSRD: Fakultas Seni Rupa dan Desain
    @ neYjuganaKbarUw..
    Ya… tapi kan tetap aja senior-senior itu nggak usah terlalu emosional. 😐
    @ HasanSeru
    Ah, Lemon berkomentar serupa? Saya kok agak sangsi, ya? Meskipun mungkin dia merupakan orang yang kurang hati-hati, tapi saya rasa dia tidak akan melakukannya.

    Bagi blogger yang belum punya nama di internet sih mungkin melakukannya, tapi Lemon sudah cukup dikenal di WordPress Indonesia. Saya agak ragu kalau dia mempertaruhkan nama baiknya demi berkomentar yang emosional.

    Salam kenal juga… 🙂
    @ kucluk
    Caranya buat sabar gimana masbro?
    @ devonjelek

    Klopun ada senior yang omongan ato perilakunya gak “enak”…
    ato nyuruh2 sesuatu yang g sreg…

    mungkin aja ya tujuannya (maaf ini pikiranq aja)… emang biar maba nya diharapkan berani “ngelawan” seniorny…
    itu tujuanny…

    Bukan masalah perilakunya di dunia nyata, tapi perilakunya di dunia maya, di internet. Kalau mereka berkomentar seperti itu di internet, sama halnya mereka yang mencari musuh. Apalagi sampai bawa-bawa nama fakultas dan angkatan.

    apakah maba bisa berubah dari “calon” pejuang menjadi pejuang???
    itu dia… klo dia bisa menghadapi seniornya…
    diharapkan ke depannya si maba ini bisa menghadapi tirani yang ada…

    Si Lemon berani melawan lho, tapi entah kenapa komentar yang datang malah hujatan, bukannya pujian. 😆
    @ dnial
    Sementara ini saya belum melihat apa yang bisa saya kritisi. Saya masih mencari bahan juga, sih.
    @ masamune11
    Hey, I’ve wrote it as easy as possible. 😆
    *slap*
    @ secondprince
    Semakin berisi semakin merunduk. 😛
    @ ndop
    Lha, ini di ITB, lho. Bukan di ITS.
    @ Novi~Atrix
    Setuju… 🙂
    @ masDan
    Iya, untung saja. :mrgreen:
    @ chic
    Lha, dimana-mana yang namanya senior itu yang berkuasa. Mereka bebas melakukan apa saja terhadap newbie, bahkan nyepam di blognya junior. 😛
    @ Mihael Ellinsworth

    Aku juga belum tahu apakah ratusan komentar itu dilontarkan oleh banyak orang atau justru puluhan orang yang “agak sakit” dan menggunakan berbagai macam nama samaran untuk melampiaskan kemarahannya (Secara anonim semua… 😆 )

    Tapi kelihatan dari gravatar-nya, lho. Masa mereka nggak sadar? 😆

    …Tetapi saya tahu, apa yang “dibangga – banggakan” senior itu mengenai dunia kerja tidaklah sesusah dia yang dia bayangkan. Saya [pikir] Media blog yang dioptimasi bisa mendulang ribuan [masukkan kurs disini]. The living proof ? Lihat Budi Putra (3gweek.net) dan Darren Rowse (problogger).

    [OOT]
    Kerasukan Plurk? 😆
    [/OOT]

    Yah, bekerja tidak harus selalu di kantor, kan? Seorang blogger bisa bekerja hanya dengan otak dan tulisan, yang kemudian di-publish di blognya.
    @ estulyr
    Salam kenal juga… 🙂

  35. gentole says:

    Waduh! Itu sebenernya parah juga yah. Yang komentar pasti lagi emosi banget itu. Mungkin mereka menyesal sudah bersikap demikian?

  36. ma2nn-smile says:

    senior……kok aneh gitu deh…..

  37. apaan sih lo??? says:

    halah, udah deh..
    lo juga masih semester pertama kan?
    ga usah sok nasehatin deh…

    lo juga ga tau gimana keadaan di dalam, kan?
    ga usah sok tau deh..

    dia emang pantas kok dihujat kayak gitu..
    dia emang anjing yang nggak pantes masuk di kampus sekelas itb

  38. goldfriend says:

    @ atas saya :

    Aha, ada yang merasa memiliki ITB. 😆 Jadi anda itu bisa dikatakan mewakili ITB ?

  39. Pingback: Heran « Deathlock

  40. @apaan sih lo???:
    Yeah right… 😆 Please preach us, err, no, me especially, with your wisdom, Sir.

    @gentole:
    Katanya sih justru ada yang komentar tersebut dengan having fun, disertai dalih bahwa itulah cara bercanda disini yang tak semua orang tahu. 🙂 🙄

    @p4ndu_454kura:

    Kalau menggunakan perbandingan, saya hanya melihat satu dari sekitar 50 komentar disana yang bisa berkomentar secara bijak.

    Ya, karena itu saya sempat heran ketika mendengar ada teman saya yang berujar, “Ah, masih banyak juga kok yang komentarnya bijak.” ‘Sentimen’? 😛 Tapi biar bagaimana sebagian komentar disitu masih dibawah pengaruh komentator asing yang tampaknya juga datang dari kaskus sih. 😕

  41. sora9n says:

    @ apaan sih lo???

    Kalo katanya dosen saya sih…

    “Kamu itu jangan terbawa nama ITB. Anak ITB yang geblek juga banyak!”

    Kecilin kepala dulu, sana. 😆

    @ goldfriend

    IMHO sih, itu anak tingkat 2 atau 3 yang bangga karena baru bisa ngospek. 🙄

    Kroco ah. 😆

  42. Catshade says:

    Katanya sih justru ada yang komentar tersebut dengan having fun, disertai dalih bahwa itulah cara bercanda disini yang tak semua orang tahu. 🙂 🙄

    Kalau having fun semacam itu di lingkup internal sih nggak apa-apa, tapi kalau diumbar secara terbuka di blog umum, ya jangan salahkan orang luar yang baca kalau mereka salah paham dan mengira itu serius (toh tidak ada disclaimer apapun juga)…

  43. mb says:

    blog ini sok pahlawan deh… lo ga tau apa2 tentang FSRD. gue seangkatan kok sama Lemon. toh ospek di FSRD ngajarin kita buat kreatif? ga percaya? bisa ga lo masuk FSRD? klu soal mental, apa mesti ga kuat cuma digituin… diluar sana masih banyak org lebih kejam, lo liat aja BUSER… klu emang ga kuat juga, GA USAH DI INDONESIA

  44. Catshade says:

    blog ini sok pahlawan deh… lo ga tau apa2 tentang FSRD. gue seangkatan kok sama Lemon. toh ospek di FSRD ngajarin kita buat kreatif? ga percaya? bisa ga lo masuk FSRD? klu soal mental, apa mesti ga kuat cuma digituin… diluar sana masih banyak org lebih kejam, lo liat aja BUSER… klu emang ga kuat juga, GA USAH DI INDONESIA

    Yep, kita nggak tau apa2 tentang ospek FSRD ITB. Yang kita tahu adalah komentar yang (konon) dibuat oleh senior dan alumni FSRD ITB di sebuah blog, dan itulah yang kita bahas di sini. You missed the point, d00d. Memangnya ospek di FSRD nggak ngajarin anda buat menyimak omongan orang lain sebelum berkomentar? 😕

  45. @ gentole
    Mungkin. Kemungkinan itu ada kalau melihat komen-komen yang ditulis.
    Sayangnya yang minta maaf di entri klarifikasi Lemon cuman sedikit.

    @ ma2nn-smile
    Lha, di SMASA, ente kan juga udah senior. Berarti… :mrgreen:

    @ apaan sih lo???
    I raised my hat that you`ve found my college grade. Apa kalau mau memberi nasihat harus berjenggot tebal dulu? 😆

    Dari komen Anda saya simpulkan Anda bangga di ITB. OK, saya bisa mengerti bahwa kampus tersebut punya prestise. Tapii, saya tidak bangga masuk ke semua kampus terbaik kalau penghuninya tidak bisa berkomentar secara sopan. 😉

    @ goldfriend
    Ada bang Fertob.
    *menjura*
    *ketularan Geddoe dan Sora*
    *dilempar ketupat*

    Dia kan pemegang saham di ITB, jadi ya wajar kalau dia merasa memiliki. 😆

    @ Xaliber von Reginhild
    Tapi tetap saja, kenapa super admin kaskus membiarkan kasus ini meluas? Apalagi menyangkut institusi pendidikan.

    Tapi rupanya kasus itu juga berdampak positif. Terbukti dari banyaknya member baru yang join kaskus pada saat yang hampir sama. 😆

    @ sora9n
    Jangankan di ITB, di ITS juga banyak yang geblek. 😆

    @ Catshade
    Seperti yang orang lain bilang: Mulutmu harimaumu.

    @ mb
    Owalah, hari pahlawan masih lama, mas/mbak. Ngapain juga harus sok pahlawan. 😆

    Ngomong soal angkatan, saya juga seangkatan kok sama Lemon. Saya bisa masuk FSRD kalau saya mau. Hanya saja saya nggak mau ke ITB gara-gara terlalu jauh.

    Kalo soal mental, apa mesti berkomentar seperti itu? Komentar mereka mencerminkan mental mereka, lho.

    BTW, Anda sudah baca disclaimer saya yang paling atas belum, sih? 😕

  46. @p4ndu_454kura:

    Tapi tetap saja, kenapa super admin kaskus membiarkan kasus ini meluas? Apalagi menyangkut institusi pendidikan.

    Tapi rupanya kasus itu juga berdampak positif. Terbukti dari banyaknya member baru yang join kaskus pada saat yang hampir sama.

    ….. 😮 😯

    *berteorikonspirasi*

    Jangan-jangan, bisa kita simpulkan, bahwa keributan yang ada di blog Lemon itu justru diprovokatori oleh ybs, kemudian diutus seorang agen untuk posting perihal tersebut ke forum sebagai sebuah postingan segar. Postingan yang jelas menarik minat para member tersebut kemudian lambat-laun juga memicu kedatangan peselancar internet di luar forum untuk mendaftar ke dalam forum agar bisa melihat topik tersebut secara masal. Oleh karena itu ketika topik itu hidup, ybs justru membiarkannya begitu saja. Dengan begitu seperti memancing di air keruh. Rupanya… konspirasi!

    *ditendangkelaut*

    Bercanda. 😛 Mohon jangan diseriusi. 🙂

  47. 😮
    *BerteoriKonspirasiJuga*
    Saya justru curiga ada oknum-oknum Amerika yang menyusup ke dalam kaskus, mengambil topik tersebut, dan menyebarkannya dengan tujuan untuk merusak akhlak penerus Indonesia.

  48. Longcat says:

    Alah yang di IPDN aja ampe mati kok,sini di ITB mah
    (Insya Allah) ga ampe main gebug lah.Gila apa,dianya aja yg terlalu sensitif.

  49. “Dianya” itu siapa? Senior atau Lemon? 😕

    BTW, yang saya permasalahkan disini bukan proses ospeknya, tapi komentar sebagai reaksi dari post Lemon. Saya nggak tahu seperti apa ospeknya, tapi saya minta kalau berkomentar jangan seperti orang liar begitu. No offense. 😉

  50. goldfriend says:

    @ catshade :

    Mungkin perlu dikasih tau seperti apa ospek di psikologi. Terlalu santun dan manis kali ya…. 😆

    Gak pengen bikin penelitian tentang OSPEK, mas ? Misalnya, hubungannya dengan kemampuan menyimak omongan orang lain, kemampuan dan nyali untuk memaki-maki seenaknya, atau fungsi-fungsi psikologis lain yang ternyata lagi trend di internet. :mrgreen:

    Siapa tau bisa jadi tesis…. 😆

  51. kaskuser says:

    Tapi tetap saja, kenapa super admin kaskus membiarkan kasus ini meluas? Apalagi menyangkut institusi pendidikan.

    Tapi rupanya kasus itu juga berdampak positif. Terbukti dari banyaknya member baru yang join kaskus pada saat yang hampir sama.
    La yang SARA aja sering dibiarin kok. Masih inget kan kasus rekaman Adam Air yang heboh itu? Awal mulanya dari sana. Malah banyak bet yg posting disturbing picture kalo ga percaya buka aja sekarang, mungkin masih ada tuh. ID-nya mangkotil.

    Kenapa bisa begitu? Keknya jawabannya daha da di paragraf 2 Anda itu.

  52. @kaskuser:
    So bad news is a good news? 😕

  53. Tahun depan Insya Allah saya akan posting tentang keganasan OSPEK dan hubungannya dengan alam kubur, alam barzah, dst. 😀

  54. Pingback: Sekelumit Hal Penting yang Tidak Penting « Deathlock

  55. @ kaskuser
    Apa nggak ada aturan berita yang boleh ditulis dan yang nggak boleh? 😕

    @ Nugraha Fadil
    Walah, alam kubur, masbro? :mrgreen:

  56. mindstreet says:

    walah ini masih dibahas komentar di blognya anak TPB itu disini ??? hehehehehe kesimpulannya apa nih dik ?

  57. Rukia says:

    Ya juga setelah dibaca-baca sich mang kasar kata-kata yang dipake. Wajar kalo para mahasiswa ITB lain terutama yang lebih senior itu marah, hanya jangan gitu caranya kali. menjawab sesuatu yang menyakitkan dengan lebih cerdas itu lebih baik aq rasa. coz kalo kayak gitu tanggapan para senior ITB, wah malah memperlihatkan betapa gagalnya ITB mendidik moral para mahasiswanya.

    Sebenarnya buat si Lemon, seharusnya dia bersyukur banyak orang yang ingin masuk ITB tapi g kesampaian. Orang yang kuat itu harus bisa mengatasi masalah yang ada dihadapannya dengan tenang dan bijak, tanpa membuat suatu provokasi dan akhirnya melahirkan kebencian diantara diri dan lingkungan mereka sendiri.

  58. Rukia says:

    Lupa mas
    aq mskin blogroll ya…
    ga papa khan?

  59. Sukma says:

    Agaknya memang perlu disadari bahwa blog adalah ruang publik, bukannya diary pribadi yah. Makanya baik si empunya blog dan sang komentator pun harus berhati-hati menuangkan pikirannya. Kalau tidak yah, bakal ada perang seperti itu… Tapi seru juga sih, Lho?? he he he, just kidding 😀

  60. Kamasutra says:

    Ajing lo…………..

    Mikir dong………………..

  61. David says:

    saya tergelitik membaca tulisan anda.

    bukan maksud mengomentari, tapi saya hanya ingin sedikit menulis pengalaman saya seputar kuliah dan dunia kerja.

    mungkin senioritas akan sulit dihilangkan, namun kita bisa merubahnya menjadi sesuatu yang positif.
    senioritas di perkuliahan tergolong berat, namun itu semua bukan tanpa tujuan.

    dan saya mengerti, karena saya sudah pernah merasakan bagaimana dunia perkuliahan dan dunia kerja itu.

    dan apa yang senior kalian lakukan tidak sepenuhnya salah, karena memang dunia kerja lebih keras dan bagi yang tidak kuat mentalnya, mungkin akan sulit berkembang.

    bagi yang ingin mencari pekerjaan, dan pada akhirnya mempunyai atasan/ bos, bagaimana nanti menyikapinya. apakah kita siap melawan atasan kita ? dengan resiko yang tidak kecil (bisa saja kita kena pemecatan).

    dan dalam membuat karya untuk klien kita, maukah kita membuatnya asal-asalan ?bisa saja kita membuatnya asal-asalan, dan mungkin klien kita tidak suka dan tidak akan menggunakan jasa kita lagi.

    hidup memang tidak mudah, dan juga kita perlu bertahan dalam dunia ini. Karena kita tidak selamanya akan berada dalam perlindungan orang tua, dan juga kita tidak akan selamanya berada di bawah ketiak orang tua kita.
    ada saatnya kita harus beranjak dewasa, dan berani menghadapi kerasnya dunia.

  62. Sebenarnyaaa… bukan itu yang saya bahas di sini. Saya sedang membahas tingkah laku mereka di internet, bukan di kehidupan nyata. :mrgreen:

    Tapi terima kasih untuk komen Anda. 🙂

Leave a reply to p4ndu_454kura® Cancel reply