Dilema Sebuah Berita

Sekarang ini, nyaris tidak ada orang yang tidak kenal dengan koran. Media publikasi yang satu ini merupakan media termurah yang bisa didapatkan oleh masyarakat. Selain koran, masih ada lagi media tulis lain seperti tabloid, majalah, dan sebagainya. Beritanya bermacam-macam. Mulai dari politik, kebudayaan, kriminalitas, olahraga, hingga tren hidup masa kini.

Sejauh ini kita tinggal menikmati berita hasil buruan para wartawan yang di koran dan majalah. Kita tidak tahu permasalahan apa yang dihadapi oleh sang penulis berita sebelum berita tersebut diterbitkan.

Untuk sedikit mengetahui permasalahan apa yang mereka hadapi, berikut ini saya tampilkan sebuah diskusi singkat. Diskusi ini diambil dari milis komunitas ayah saya, yang sebagian anggotanya berprofesi sebagai jurnalis.

SGP:
Halo RIF,
Wah, di negaramu Kalimantan Timur, tepatnya di Nunukan, sedang perang suku lagi ya. Kali ini antara Dayak dan Bugis setelah dulu membabat orang Madura. Perang kok nggak ada habis-habisnya. Topiknya rebutan proyek dan jabatan ya. Orang-orang Dayak yang tersisih itu kemudian mengamuk dan menyatakan perang.
Lantas bagaimana peranmu untuk memberadabkan orang Kalimantan agar tidak bertikai dan perang?

RIF:
Saya katakan: tak benar ada perang suku.
Yang benar, ada orang yang mangkel karena kalah tender dan kebetulan orang itu orang Dayak, sedangkan si pemenang tender adalah orang Bugis yang memang banyak temannya di pemerintahan yang juga banyak orang bugisnya. Kemudian singkatnya saling mengancam antar kelompok. Yang namanya kelompok tentulah karena ada persamaan kan. Baik sama sama Bugis atau sama-sama Dayak.

Sangat tidak relevan kalau kita menulis sebuah perkelahian biasa yang mungkin karena perjudian atau perempuan atau apalah dengan menyebut: SGP yang beretnis Jawa ditikam hingga tewas oleh RIF yang beretnis Banjar.

Memang di Nunukan itu sempat ada gesekan antar kelompok yang sekali lagi kebetulan dibedakan karena sukunya. Mereka saling mengancam. So What? Biarkan polisi sana menyelesaikannya. Berita memang beredar, tapi di kalangan intel dan wartawan aja. Berapa sih jumlah intel?

Lagian Nunukan itu kan kecil banget, orang Kaltim aja banyak yang gak tahu Nunukan di mana. Yang dikhawatirkan justru wartawan, terutama wartawan di daerah yang bekerja untuk media nasional dan wartawan dari luar Kaltim. Mereka banyak yang seenaknya aja nulis tanpa verifikasi bahkan tanpa sumber jelas dan data akurat. Dan celakanya tidak ke tempat kejadian, karena umumnya mereka ngantor di Balikpapan atau Samarinda.

Yang setengah mati kami media lokal yang cinta tanah tempat kami bekerja ini: berupaya mendinginkan gesekan yang hampir saja dibuat oleh media menjadi api dan kebakaran besar.

Aku meminta dan menelponi sejumlah watawan media nasional di sini untuk melihat perkembangan, dan tidak memberitakan apa yang ada dulu tapi meralatnya kemuduian kalo ada yang salah, layaknya sering dilakukan sejumlah media nasional tentang berita daerah.

Untunglah mereka masih mau mendengarku yang mereka anggap tua ini — ah, ternyata aku sudah tua — dan aku berterima kasih kepada mereka karena tak ada berita yang keluar.

Mungkin aku menghalangi hak publik untuk tahu, tapi aku punya alasan untuk itu. News kan bukan 5W 1 H aja. Ada juga I nya. Impact-nya atawa dampaknya. Bayangkan dampaknya kalo koranku memberitakan: “Suku Dayak di Nunukan meminta ganti rugi 100 ekor sapi kepada suku Bugis atas perlakukan curang mereka. Kalau kurang dari jumlah itu maka suku Dayak akan menyatakan perang terhadap suku Bugis”.

Bagaimana kalau orang Bugis di Balikpapan, Samarinda, dan 11 kab/kota lain di Kaltim membaca itu. Reaksi mereka tentu berbeda-beda. Tapi dipastikan ada ada yang tersinggung dengan pernyataan itu dan langsung menyatakan perlawanan, orang Bugis kan juga dikenal keras. Akibatnya: perang suku beneran dan media berperan mewujudkan itu.

Menurutku, media bisa menghentikan konflik bukan dengan hanya memberitakannya, tapi juga dengan tidak memberitakannya. Ini kan cuma gesekan, bukan api, di tempat yang keciiiiil banget pula. Biarlah nanti dingin sendiri kena angin atau diselesaikan oleh aparat setempat.

Aku yakin media akan menjadi kaca pembesar kalau memberitakan hal ini. Seobjektif apa pun, pemberitaan tetap akan mengangkat ini ke permukaan. Orang yang tadinya gak tau jadi tau. Orang yang tadinya tenang-tenangnya aja, mungkin jadi gelisah. Muncullah kasak-kusuk dll.

SPD:
Setuju 100 persen. Andai kearifan RIF ada di semua kita….

ZA:
[…]saya ingin menyatakan rasa bangga saya membaca tanggapan Mas RIF tentang “perang antarsuku” di Nunukan. Sungguh pengamatan dan pitutur yang sangat bijak. Benar kata orang, untuk menjadi bijak memang tak harus menunggu tua. Bahkan betapa banyak orang yang makin tua hanya bertambah usia, tapi tidak membuatnya bertambah dewasa.[…]

RIF:
Wah, jadi malu (*tersipu mode ON) dan nggak enak nih (atau malah jadi enak ya…?) dapet tanggapan dari Al Mukarom Pak ZA himself ….dibilang bijak pula…..itu kan cuma arti dari nama saya aja ha ha ha…
Kalau misalnya bijak beneran pun, itu juga karena banyak belajar dari Pak ZA yang kerap menuturkan hikmah dan kebijaksanaan beliau di sela-sela waktu menunggu pintu bioskop dibuka……wah, jadi kangen nonton bareng nih….film Transformer dahsyat lo Pak..
Bagaimanapun, terimakasih buanyaaaak Pak ZA telah sudi menanggapi.

SGP:
Haloo RIF,
Saya membaca konflik Dayak Vs Bugis dari internet. Dan sangaatttt prihatin sebab begitu gampang bangsa ini pecah, diadudomba, tawuran, gara-gara masalah sepele bukan menyangkut hajat hidup orang banyak. Di Nunukan itu kan rebutan proyek para makelar.
Masih ingat kan, perang Maluku yang memporakporandakan rumah harta benda itu gara-gara perkelahian preman terminal Ambon. Perang Dayak-Madura di Kalimantan (mohon maaf aku suka gunakan kata ‘perang’ drpd konflik, gesekan yang kurang dahsyattt maknanya) cuma gara-gara preman Sampit bentrok di lokalisasi pelacuran.

Dan kini, negara ini di ambang pecah. RMS ternyata masih gerilya, OPM benderanya terus berkibar dan terang-terangan menuntut merdeka. Dan Timtim merdeka gara-gara preman Australia, John Howard ngancam Habibi. Belum lagi ada politisi daerah yang menuntut propinsi dan kabupaten sendiri pisah dari induknya hanya semata-mata karena ingin jabatan bukan memakmurkan rakyat.

Lebih prihatin lagi di negara ini ternyata banyak tukang kompor mulai aktivis LSM, pengamat, politisi, dan makelar politik. Kalau pejabat negara ini tetap korup dan tidak menyelesaikan daerah yang bergejolak maka sebentar lagi negara ini pasti pecah.

Media seringkali gamang menyikapi kondisi ini. Ada yang penuh kesadaran, kebijakan, dan penuh pencerahan kayak kamu tidak memuatnya tapi ada media yang langsung gampar saja karena sekarang siapa yang ngontrol media bahkan yang kecil-kecil. Kalau zaman Orba dulu cukup Bakorstanasda telepon semua Pimred takut.

Kita ini kadang ingin memberitakan ketimpangan di masyarakat untuk menghantam penguasa yang bobrok dan korup. Tapi dampak berita itu ternyata ada efek sampingnya makin menyulut emosi rakyat yang bertikai.

Menurut saya, kita proporsional saja. Atau kalau lagi bingung… ya tanya hati nurani saja apakah konflik itu pantas dimuat atau tidak.

———————————————–

Nah, bagaimana menurut Anda semua? 😕

About Reinhart

Don't wait. The time will never be just right.
This entry was posted in My Interest, My Thoughts. Bookmark the permalink.

38 Responses to Dilema Sebuah Berita

  1. wah…bener juga…

    *panggil Chika & Fadhil, sang pasangan reporter*

  2. sekalian hetrik…

    :mrgreen:

    Nggak pengen jadi jurnalis, Pandu?

  3. Saya juga orang Kalimantan……..

  4. Pandu says:

    @ Mrs. Neo Forty-Nine
    Ya pengen sih. Cuma sekarang lagi nyariin yang sesuai dulu ama minat dan bakat. 🙂
    @ Neo Forty-Nine
    Tapi ga memihak manapun, kan? :mrgreen:

  5. “Negara ini nggak bisa dibangun oleh emosi, fanatik berlebihan, dan arogansi kesukuan”

    *Dari tempelan di tembok TC*

  6. Pingback: Kita Hidup oleh Sejarah « Chaos_Region.html

  7. grace says:

    tsk tsk…..mikir lagi lah mau jd jurnalis nih…

  8. almascatie says:

    Sejauh ini kita tinggal menikmati berita hasil buruan para wartawan yang di koran dan majalah. Kita tidak tahu permasalahan apa yang dihadapi oleh sang penulis berita sebelum berita tersebut diterbitkan.

    jaman sekarang kadang berita lebih dibuat heboh dari peristiwa sebenernya.. tapi kadang juga sebuah fakta disembunyikan demi kepentingan sekelompok orang.. sudah jarang sekali ada berita yang benar-benar mengambil secara obyektif sebuah kasus… sehingga wartawan kadang pun harus bertempur melawan hati nuraninya sendiri jika berbenturan dengan kondisi diatas..

    Yang dikhawatirkan justru wartawan, terutama wartawan di daerah yang bekerja untuk media nasional dan wartawan dari luar Kaltim. Mereka banyak yang seenaknya aja nulis tanpa verifikasi bahkan tanpa sumber jelas dan data akurat. Dan celakanya tidak ke tempat kejadian, karena umumnya mereka ngantor di Balikpapan atau Samarinda.

    salah satu “fenomena” wartawan belakangan ini yang hanya mengejar deadline tanpa memperdulikan berita itu benar atau tidak… moga-moga masih ada wartawan yang tetap memperjuangkan kebenaran..
    btw menjadi wartawan itu enak kok 🙂

  9. dnial says:

    Jadi wartawan games dan anime aja…..

  10. p4ndu_Y4m4to says:

    @ sagung
    Ah, bagus tuh. :mrgreen:
    @ grace
    *ikutan mikir*
    @ almascatie
    Itulah repotnya seorang wartawan. Jika berita yang ditulis ditulisnya itu benar, maka tidak masalah. Tapi jika tidak ada sumber beritanya, maka bisa jadi masalah. 🙂
    @ dnial
    *mengajukan lamaran pekerjaan ke kru OMEGA*
    *Lamaran ditolak*
    😆

  11. sora9n says:

    Wah, post-nya sangat mencerahkan. 😀

    Iya, betul tuh “impact” biasanya jarang dipikirkan. Padahal justru media itu berperan besar membentuk opini masyarakat.

    Contohnya seperti kasus “Indonesia Raya” yang baru kemaren. Sebetulnya toh banyak yang udah tau, tapi karena media memberitakannya gede2an maka impact-nya juga jadi besar… (o_0)”\

  12. p4ndu_Y4m4to says:

    Yah, berita kalo ga ada “bumbunya” bisa hambar, Mas. :mrgreen:

  13. danalingga says:

    Waduh tenyata memang pena lebih tajam dari pisau. :mrgreen:

  14. . . . says:

    OPO AE SEH……??!?!?!????

  15. grace says:

    @@ sora Iya, betul tuh “impact” biasanya jarang dipikirkan. Padahal justru media itu berperan besar membentuk opini masyarakat.

    ho oh..soalnya kan salah satu tugas media itu interpret informasi, kan?
    payah juga kalo gr2 blow up berita terlalu radikal, jadinya malah bikin masy. salah tafsir..

  16. Salahkah kalo saya bilang,
    “Penguasa media massa adalah penguasa dunia”

    Mereka bisa mengatur massa lewat berita-berita yang bisa mereka atur seperti keinginan mereka.

  17. p4ndu_Y4m4to says:

    @ …
    ………… 😐
    @ sagung
    Saya rasa tidak bisa dibilang salah. Karena media massa merupakan salah satu sumber informasi masyarakat luas.
    Banyak lho, konflik yang berasal dari berita di media massa dimana sumber beritanya tidak valid. 😉

  18. peyek says:

    walah masih ada tho yang rebutan!

  19. ndutyke says:

    Menurutku, media bisa menghentikan konflik bukan dengan hanya memberitakannya, tapi juga dengan tidak memberitakannya. Ini kan cuma gesekan, bukan api, di tempat yang keciiiiil banget pula. Biarlah nanti dingin sendiri kena angin atau diselesaikan oleh aparat setempat

    SETUJUUU…!

  20. p4ndu_Y4m4to says:

    Sorry, ketinggalan.
    @ grace
    Nah, itu dia. Media massa bisa memantik amarah yang sederhana menjadi besar, sekaligus punya kekuatan untuk meredamnya. 🙂
    @ peyek
    Nggak, bukan rebutan. Hanya perdebatan antara berita yang dimuat dan yang tidak.
    @ ndutyke
    Yep, serahkan kepada yang berwajib.

  21. saRa yang ampir terlupakan!!! says:

    media?? berita-berita begitu kah???
    sara di palembang dan ga terlalu sering meratin berita,, tapi nampaknya dan seperti semua orang tau, malah yang memacu hal-hal yang tidak diinginkan tapi diharapkan,.
    maksut??? 🙄

  22. p4ndu_Y4m4to says:

    Mereka inginnya sih memadamkan api permusuhan itu, eh malah apinya semakin membesar gara-gara perbuatan mereka. 🙄

  23. saRe' says:

    mengapa~~~ oh~~ mengapaaa~~~
    *jreng jreng*

  24. Nayz says:

    numpang lewat…….* clingak-clinguk *

  25. Nadia says:

    Mmmm….. kalo aku sih, gak pernah ada niat mau jadi wartawan

  26. p4ndu_Y4m4to says:

    Saya setelah tau masalah ini jadi berpikir ulang untuk jadi wartawan.

  27. Way says:

    Kalau dilihat, pemerintah tidak memikirkan warga dayak coba dilihat apa orang dayak ada yang jadi pejabat di pusat karen, pemerhatian pemerintah kurang. wajar aja orang dayak ngamuk, coba lihat diperusahaan-perusahaan di kalimantan apa ada orang dayak yang menjadi karyawannya padahal itu bumi dayak yang dikelolah oleh orang lain. minyak batubara dll. saya setuju ada persatuan orang dayak supaya mereka tidak tinggal dihutan-hutan seperti yang kita lihat. tq

  28. kenapa? says:

    saya keturunan bugis.

    Saya pernah tinggal dikalimantan meski hanya sebentar, kurang dari setahun, di senakin kalsel. Tapi saya rindu dengan kawan2 orang banjar dan dayak teman2 ngobrol minum kopi di warung kawan orang banjar sambil makan martabak special jualan mas ali jawa disamping warungnya.
    hampir setiap malam kami dari empat etnis berkumpul bercanda, tertawa, yang saya rasakan jauh lebih dekat daripada saudara sendiri. kami dari empat etnis juga sering bersama sama jalan jalan ke kotabaru pulau laut kalau ada pameran di siring. Meski kurang dari setahun, Malam sebelum saya meninggalkan kalimantan, kawan2 mengadakan acara perpisahan kecil2an sampai pagi.

    saya keturunan bugis.
    setahu saya yang dipesankan oleh orang tua kepada kami, berusaha berbaur dan menjadi keluarga ditanah dimana kami datangi.

    Tapi hari ini, saya dapat berita di internet, ternyata berita nunukan itu tentang konflik dayak -bugis??
    Ada oknum orang bugis membawa2 nama bugis menjelek jelekkan suku dayak?? dan masyarakat dayak yang tersinggung menggeneralisasikan menganggap ini masalah adat dayak dengan suku bugis? dan ada razia kepada setiap orang bugis????

    seandainya saja saya ada didepan oknum orang bugis itu disaat dia berteriak teriak menjelek jelekkan adat dayak, orang itu akan langsung saya robek mulutnya. orang bugis macam apa dia? sebenarnya dia orang bugis ? makassar? atau apa dia?
    MEMANG ada unsur ketidak adilan yang amat mencolok di kalimantan antara pendatang dengan penduduk asli dan itu memang wajib dibenahi. TAPI

    Membaca berita, JIKA, jika si OKNUM bugis tidak menyediakan/kurang dari 100 ekor sapi maka suku Dayak akan menyatakan perang atau akan memenggal kepala si oknum bugis, TIDAK MENGAPA. itu memang kesalahan si oknum yang menghina adat suku lain.

    TAPI! TAPI! Membaca berita di beberapa halaman internet, jika si oknum bugis atau JIKA KKSS (KERUKUNAN KELUARGA SULAWESI SELATAN!!!) tidak menyediakan 100 ekor sapi maka Suku DAYAK AKAN MENYATAKAN PERANG TERHADAP SUKU BUGIS DAN KKSS (KERUKUNAN KELUARAGA SULAWESI SELATAN)!!!!
    anda bukan hanya mengancam seluruh suku bugis tapi juga seluruh penghuni PROVINSI SULAWESI SELATAN!!!!!! dan seluruh warga sulawesi selatan di INDONESIA!!!!

    Saya tidak tahu apakah pemberitaan itu hanya berlebih lebihan dari wartawan demi mendapatkan profit banyak atau hanya ucapan satu dua oknum dayak ATAU BENAR BENAR ITU UCAPAN PETINGGI ADAT DAYAK???

    APAKAH BENAR KELAKUAN DARI SATU OKNUM BUGIS BODOH DIBALAS OLEH GENERALISASI DARI MASYARAKAT DAN TOKOH ADAT ADAT DAYAK KEPADA SELURUH SUKU BUGIS DENGAN RAZIA PENDUDUK?????????

    APAKAH BENAR UCAPAN DARI PETINGGI ADAT DAYAK DAN UCAPAN RESMI MASYARAKAT DAYAK MENURUT MEDIA MENGATAKAN, JIKA KEJADIAN YANG DIPICU OKNUM BODOH INI KEMBALI TERJADI, MAKA TIDAK ADA AMPUN LAGI BAGI SUKU BUGIS????????

    Saya keturunan bugis.
    HATI SAYA SAKIT LUAR BIASA!!!!!
    mungkin seluruh orang bugis dinunukan, saya sendiri belum pernah lihat nunukan, jika di perangi oleh seluruh suku dayak yang berbondong bondong ke nunukan untuk perangi suku bugis, mereka hanya bisa lari untuk mengungsikan keluarga, istri dan anak anak mereka,
    Tapi pernyataan pernyataan seperti diatas membuat hati saya SAKIT LUAR BIASA!! mudah mudahan berita berita seperti ini tidak meluas dibaca oleh satu provinsi dan jutaan masyarakat KKSS di seluruh indonesia. Jika saya saja yang rindu dengan kawan2 di kalimantan yang saya dan mereka sudah menganggap saya dan mereka lebih dari saudara sendiri, membaca berita ini HATI SAYA SAKIT LUAR BIASA!, BAGAIMANA DENGAN JUTAAN MEREKA?
    JIKA KAMI SAJA INTERNAL MASYARAKAT KKSS PUNYA SEJARAH KELAM PEPERANGAN LELAH BERKEPANJANGAN RATUSAN TAHUN ANTARA ETNIS BUGIS DAN MAKASSAR, DAN BUTUH RATUSAN TAHUN LAGI UNTUK MENDAMAIKAN KEDUA SUKU BUGIS MAKASSAR INI MENJADI SATU, BUGIS MAKASSAR, BAGAIAMANA JADINYA NEGARA INI JIKA TERJADI DENDAM KESUMAT RATUSAN TAHUN LAGI DIANTARA SESAMA SAUDARA SEBANGSA?????

  29. kenapa? says:

    Saya baru saja mencari cari sumber berita lain tentang konflik nunukan ini. tetapi saya mendapati penulisnya sama semua, Charles Siahaan.

    Dan saya lihat di sini http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=8&dn=20070708202019
    juga oleh Charles Siahaan, Kemudian izinkan saya copy paste beberapa comment dari mungkin warga2 nunukan disana;
    1.Wawiadi Rahim
    “Sakir dan charles adalah orang-orang kecewa dengan bupati nunukan, jadi jangan dipercaya informasi yang menyesatkan ini yang cenderung dibesar besarkan padahal tidak besar, untuk sakir saya tunggu kamu kapan kamu mau adu jotos, saya wawiadi rahim menantangmu, sayalah yang memicu maslah dinunukan, asal tau aja sakir saya mau jadi “anggota DPRD jadi jangan macam-macam di nunukan, bupati pun aku anggap kecil sekarang tidak ada apa-apanya, mohon diterbitkan ini komentar jangan diedit sedikitpun, karna saya mau terang-terangan dengan sakir,makasih”

    2.Beddu
    “Apa yang di paparkan oleh penulis terlalu jauh panggang daripada api, justru tulisan ini dapat lebih memperkeruh suasana nunukan yang sudah kondusif, saran saya kepada redaksi kabar indonesia, agar berita tersebut selayaknya dihentikan, karena charles dan sakir tidak objektif, terlalu subjektif menuliskan kejadian tersebut, janganlah lagi dikompori masyarakat nunukan dengan tulisan yang tendensius, karena kami sebenarnya tahu bagaimana sepak terjang anda berdua di otonomi center….!!!!, selalu ingin mencari – cari kesalahan tanpa memberikan solusi bagi kita semua”

    3.Sara Timbang
    “Alhamdulillah Kondisi Kami di Nunukan sampai dengan detik saya tulis ini masih aman. Hanya orang orang yang tidak tau situasi saja yang membesar besarkan masalah. Salam.”

    4.Anton Taufiq
    “Penulis berita sangat tidak objektif melihat kondisi yang terjadi dilapangan, mereka terkesan emosional dan cenderung memperkeruh masalah, padahal yang sebenarnya bukan masalah, dari tulisan yang diterbitkan,membuat banyak masyarakat di indonesia mencemaskan keluarganya yang bermukim di pulau nunukan, nunukan memang sempit tapi jangan dipersempit dengan gejolak problem apalagi menyangkut etnis, penulis berita juga menyinggung masalah SARA di nunukan padahal itu tidak ada sangkut pautnya dengan SARA, hanya kesalahpahaman yang terjadi ketika lelang proyek di kantor PU, jadi untuk yang menulis berita tentang kisruh dinunukan tolong di perbanyak membaca etika dan teknik penulisan Jurnalistik, sehingga mampu mengimbangi informasi yang akan dijadikan berita, nunukan sekarang aman jangan di buat tidak aman,untuk kabar indonesia, mohon kritikan saya ini di kirim ke email penulis M.sakir dan charles mereka orang-orang kecewa, kalah dalam pemilihan bupati dan wabup di nunukan”

    5.Masyarkat Nunukan
    “Karena kepentingan segelintir oknum masyarakat yang tidak tahu apa – apa yang jadi korban, siapa yang salah dan yang benar, m. sakir dan charles siahaan tidak objektif menulis berita banyak berita yang terlalu dilebih lebihkan (tidakobjektif) penulis terkesanterbawa emosi kenapa? siapa M. Sakir dan siapa charles siahaaan? merekakan juga orang yangmerasa termarginalkan karena merekasalah satu tim sukses pilkada nunukan kemaren, contoh kalimat arogansi dari salah satu ormas yang ada di nunukan,arogansi bagaiman padahal ormas tersebut terbukauntuk siapa saja, ???? semoga Allah SWT memeberikan pencerhan dihati mereka agar cahaya kebenaranmenujuhati nya. semoga masyarkat nunukan terbebas dari upaya profokasi yang memecah belah, salut untuk Insiyur. HAJI PARIDIL MURAD, Master Of Sains, seorang tokoh dan ketua PUSAKA,kebenaran akan munculAllh SWT akan memberitahukan kepada selruh masyarkat nunukan siapa anda?”
    semogaandadapt menjadi Bupati Nunukan priode 2011 – 2016,Amin

    6.Andi
    “Hai pemimpin nunukan jangan terlalu banyak kkn lah permainan kalian itu semua orang sudah tau itu jangan sampai memancing terjadinya konflik,kasian kan rakyat yang tidak tau menau”

    Oh ternyata begitu toh

    Maaf kepada para pembaca atas postingan comment saya yang pertama jika terlalu emosional menanggapi berita seperti ini.

    SEKARANG SAYA TAHU KALAU BERITA KONFLIK NUNUKAN INI LEBIH BANYAK MEMUAT PROVOKASI UNTUK MEMECAH BELAH MASYARAKAT AWAM

    dari saya keturunan bugis, Salam damai untuk seluruh saudara saudaraku masyarakat asli kalimantan.

  30. Nunukan says:

    Berita, tetaplah berita, lebih bagus daripada diam membisa seperti penakut. Faridil Murad itu siapa? bukan dayak! faridil murad itu orang GILA JABATAN, aneh kalau jadi anggota PUSAKA.

  31. Fakhri says:

    maaf klo gw ngomong kasar
    tp emang ga ad anak yg suka orang tua nya d hina
    d blg gila jabatan lah…
    mohon d mengerti

  32. @ Nunukan
    Lebih baik diam daripada memberikan berita yang tidak seimbang. Maaf, bung, dalih supaya tidak hanya diam seperti penakut bukanlah pembenaran untuk bisa seenaknya menulis berita. Sebaiknya Anda baca ulang artikel utama saya.

    Dan berita pun bukanlah pembenaran untuk kita memberi cap kepada orang lain begitu saja. Apakah Anda sudah mengenal orang yang Anda sebut gila jabatan itu? Sudah tau kepribadiannya? Hebat juga, ya… 😀

    @ Fakhri Murad, Fakhri
    Jangan terlalu ditanggapi, mas. Orang yang berkomentar kayak gitu biasanya cuma pencari personal army. :mrgreen:

  33. fakhri murad says:

    bs tolong hapus komen saya terdahulu ?
    saya tidak enak jg berkomentar seperti itu
    saya kemarin berkomentar seperti itu krn emosi saja

  34. Oh, OK kalau Anda sendiri yang minta. Saya sih nggak keberatan, tapi saya sisakan satu yang terakhir saja, ya? Supaya diskusinya bisa nyambung. 😀

  35. Sribayu says:

    Hai hai hai…bilakah kalimantan akan benar-benar aman, mohon dengan sebenar-benarnya agar suku-kaum pendatang ke bumi kalimantan, sabah, sarawak & brunei (pulau besar borneo) agar lebih beretika dan tahu menghormati akan hak-hak kaum pribumi.

    Salam damai untuk semua….

Leave a reply to Mrs. Neo Forty-Nine Cancel reply